“Ini cinta atau kagum sih?”
Pertanyaan itu berkecamuk terus di kepalaku
Yah.. daripada berkecamuk di kepalaku bikin pusing sendiri, akhirnya aku kecamukin ke kepala orang lain. Setiap orang yg kutemui pasti aku tanyain satu2.. Dan alhamdulilah ya…jawabannya beda2.. Jadi malah bikin bingung. Ga dapet pencerahan tapi malah bikin bingung. Haha..
Walhasil tanya mbah google. Ada beberapa pemahaman sih, cuman masih ga puas. Karena rata-rata menjawab hal itu hanya bisa dijawab dengan waktu. Apakah kita merasa membutuhkan, merasa kehilangan atau ngga,etc. Sedangkan yg aku butuhin adalah ” gmn caranya tau hal itu dalam early stage? Sebelum semua atau salah satu dari yg mengalami terjerumus terlalu dalam? Membuat kecewa orang lain itu kan sama ga enaknya dengan merasa kecewa karena orang lain? ”
Sebulanan mencari jawaban itu berkeliling ke segala tempat (cie….niat amat ya..) akhirnya tadi malam menemukan enlightment, pencerahan, dari pengalaman temen sendiri. Sebenarnya cinta atau kagum itu bertahan beberapa saat saja, jd ga usah pusing, contohnya orang terdekatku, menikah karena ga cinta, karena dijodohkan, padahal sebel banget sama pasangannya, tetep bertahan tuh 23 taun. Kenapa? Karena lebih memegang teguh tanggung jawab, komitmen. Yang namanya kagum hanya tahan beberapa saat, lama kelamaan bisa lupa bahkan lupa sama siapa yg kita kagumi. Karena ada atau ga ada orang itu sebenernya ga ngefek sama kita. Kalo cinta itu bertahan agak lama, ada pengorbanan disitu, ada perasaan takut kehilangan, kl kata2 orang jatuh cinta “ga bisa lepas meskipun cuman semenit” nempel terus kaya perangko, isinya indah-indah (bc: bahkan ngelihat pasangannya ngiler pun bakal tampak indah), dsb cinta-cintaan lainnya itu lambat laun akan memudar seiring berjalannya waktu, sehingga yang tersisa adalah tanggung jawab, komitmen dengan pasangan, anak, dan keluarga besar. Kalau konflik yang diingat ya tanggung jawab itu. Jadi menikah dengan siapapun itu asal dia bersedia bertanggung jawab akan kita dan sebaliknya itu sudah merupakan salah satu tolak ukur yang pas. Banyak loh yang cinta banget sama pasangannya tapi ga punya tanggung jawab, jadinya ketika rasa cinta itu memudar gampang digantikan oleh cinta yang lain.
Kagum atau cinta mungkin bisa dianggap sebagai energi tambahan untuk melakukan tanggung jawab membina hubungan dengan pasangan. Bisa juga sebagai energi pendorong, motivasi melakukan tanggung jawab. Kalau dilihat kembali, kata “mencintai” merupakan kata kerja, jadi mencintai seseorang adalah usaha yang tiada henti. Cinta mungkin bisa saja pudar seiring jalannya waktu, tergantung bagaimana masing-masing individu yang membina hubungan tersebut tetap berusaha untuk menyalakan api cinta itu kembali. Memang kembali lagi ke kata “tanggung jawab” yaitu tanggung jawab dalam mengobarkan api cinta yang mulai padam. Jadi seumur hidup kita bertanggung jawab untuk membahagiakan pasangan dan keluarga dengan cinta yang tidak ada habisnya karena mencintai merupakan kata kerja. Mencintai sama dengan memberi cinta, dan memberi itu lebih baik daripada diberi. Memberi itu memberikan suatu kepuasan tersendiri dan membuat hidup ini lebih bermakna, karena kita akan merasa dapat bermanfaat untuk orang lain.
In the end of the ngoceh,
Jika suatu saat nanti kamu bertemu dengan seseorang yg dapat diajak untuk berbagi tanggung jawab tersebut, maka berbahagialah, karena kata tanggung jawab itu sangat berat tetapi apabila dibagi mungkin bisa menjadi hal yang sangat menyenangkan.
Nb: tanggung jawab ini soal cinta loh yaaa….bukan berbagi tanggung jawab dalam ujian, gawat itu…kapan majunya? Apa kata dunia? Hehe..